Maksimal Atasi Stunting serta Gizi Buruk Anak

kukar-musrenbang melayu

Kotanusantara.id, TENGGARONG. Stunting serta masalah gizi buruk, terus menjadi prioritas ditangani Pemkab Kutai Kartanegara (Kukar). Sejumlah langkah sudah diambil pihak terkait. Termasuk melakukan pendataan terhadap anak yang mengalami stunting, bahkan gizi buruk. Ternyata di Kelurahan Melayu, Kecamatan Tenggarong pun ditemukan sebanyak 17 anak penyandang stunting serta seorang mengalami gizi buruk. “Masalah stunting ini merupakan program nasional. Sekaligus unggulan Pemkab Kukar pada bidang kesehatan serta pendidikan. Jadi penting untuk kita perhatikan bersama. Supaya maksimal dalam mengatasi stunting serta gizi buruk anak,” ujar Kepala Puskesmas Rapak Mahang, Siti Aminah ketika ikut menghadiri Musyawarah Perencanaan Pembangunan (Musrenbang) Kelurahan Melayu, Kecamatan Tenggarong pada Kamis (1/2). Dalam kesempatan itu Siti juga menuturkan, ternyata masih ada sejumlah keluarga tidak memiliki jamban. “Kami minta semua unsur masyarakat, dengan Pak (Ketua, Red) RT (Rukun Tetangga) sebagai ujung tombak. Memang selama ini dukungan Kelurahan Melayu sudah luar biasa. Beberapa kegiatan termasuk besok (Jumat, 2/2) pagi, kami menggelar validasi data Program Kesehatan Lanjut Usia dan Usia Produktif 2023. Diwarnai donor darah khusus membantu para ibu melahirkan,” jelasnya lagi. Tidak hanya stunting serta gizi buruk, Siti juga mengingatkan, saat ini musim DBD. Beberapa lokasi sudah mengkhawatirkan. Seperti di Kecamatan Sebulu yang tertinggi. Sedangkan pada wilayah kerja Puskesmas Rapak Mahang Tenggarong, berada di urutan ke-5 se-Kukar. Itu terbanyak di Kelurahan Jahab. “Makanya kami sepakat dengan imbauan Pak Lurah (Lurah Melayu, Aditiya Rakhman, Red). Supaya masyarakat dikomando para Pak RT-nya, selalu aktif melaksanakan gotong-royong di lingkungan masing-masing. Karena sebenarnya fogging itu pilihan terakhir. Itu juga kurang efekti. Karena hanya membunuh nyamuk-nyamuk dewasa yang sudah terbang. Padahal seharusnya kita basmi adalah telur serta jentik-jentik yang siap menjadi nyamuk,” ujar Siti. Disarankan pula, supaya para ketua RT bisa membantu memaksimalkan kegiatan-kegiatan Posyandu. Misalnya memberikan dana, membantu Posyandu menyediakan Pemberian Makanan Tambahan (PMT). Jika ada bantuan dana masing-masing RT, tentu para kader Posyandu sangat terbantu. “Kami pun membuka diri ke masyarakat Tenggarong. Silakan undang kami untuk hadir di berbagai kegiatan masyarakat. Misalnya untuk senam, tes kebugaran maupun sekrining atau pemeriksaan kesehatan warga. Juga beberapa kegiatan pelayanan kesehatan lainnya. Kami jamin itu tidak berbayar alias gratis,” katanya. Sekadar informasi, selain Siti selaku Kepala Puskesmas Rapak Mahang serta Lurah Melayu, Aditiya, kegiatan Musrenbang Kelurahan Melayu itu turut dihadiri Sekretaris Camat (Sekcam) Tenggarong, Eko. Ada pula perwakilan Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kukar, Juliansyah serta Ketua Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPM) Melayu, Dedy Hartono. Sedangkan peserta Musrenbang yakni sebanyak 47 ketua RT se-Kelurahan Melayu. Kemudian perwakilan pengurus sejumlah Posyandu dan PKK setempat. Hadir pula perwakilan Karang Taruna serta tokoh masyarakat lainnya. Tentu saja seperti kebanyakan Musrenbang, pertemuan di Balai Serbaguna Kelurahan Melayu tersebut, digunakan para ketua RT menyampaikan aspirasi maupun curhat. “Tadi Pak Lurah, Pak Sekcam maupun lainnya, bolak-balik menyebut Pak RT sebagai ujung tombak pemerintah. Dalam memberikan pelayanan langsung ke masyarakat. Bahkan tugas ketua RT itu 2×24 jam nonstop. Tapi sejauh ini kesejahteraan kami belum diperhatikan secara maksimal. Selain itu, sebenarnya kami bosan ikut Musrenbang begini. Sebab banyak usulan kami sampaikan, tapi jarang terealisasi,” ungkap H Hermansyah Griep, Ketua RT 5 Melayu. (idn)

 

Sapos.co.id

BACA JUGA