“Mungkin yang Memberi Pertanyaan Kurang Update”, Debat Pilkada Samarinda Hanya Pendalaman Visi-Misi

PASLON TUNGGAL. Penampilan Calon Wali Kota Andi Harun dan Calon Wakil Wali Kota Samarinda Saefuddin Zuhri pada debat pertama, Senin (4/11).

Onlineku.info,, SAMARINDA KOTA. Debat perdana untuk calon wali kota dan calon wakil wali kota Samarinda telah berlangsung lewat salah satu televisi nasional, Senin (4/11) malam. Pemandangannya memang sangat berbeda dengan Pilkada Samarinda pada 2020 lalu, lantaran di tahun ini hanya memunculkan pasangan calon (paslon) tunggal yaitu Andi Harun-Saefuddin Zuhri.

Sehingga pelaksanaan debatnya hanya bertujuan untuk pendalaman visi-misi, serta menjawab beberapa pertanyaan yang telah disiapkan oleh para panelis yang berasal dari para akademisi di berbagai perguruan tinggi di Kaltim. Tema yang dibawakan memang menarik, yaitu transformasi tata kelola pemerintahan, digital goverment dan pemenuhan utilitas-fasilitas kota.

Dari beberapa pertanyaan yang dilemparkan kepada paslon nomor 02, salah satunya menyinggung tentang pemangkasan birokrasi yang beririsan langsung dengan pelayanan publik. Salah satunya dari pertanyaan panelis menyebutkan bahwa Samarinda hanya memiliki satu rumah sakit yang dikelola oleh Pemkot Samarinda yaitu RS IA Moeis, di Loa Janan Ilir. Hal itu dianggap kurang memenuhi kebutuhan di tengah kepadatan penduduk.

Menjawab hal ini, Andi Harun justru berpendapat berbeda. Ia sedikit mengulas bahwa kedepannya RS IA Moeis direncanakan jadi rumah sakit bertaraf nasional. Selain itu di Samarinda terdapat ada beberapa rumah sakit swasta yang terbangun. Termasuk rumah sakit milik Pemprov Kaltim yaitu RS AW Syahranie. Sehingga ia pun membantah dengan pernyataan atau opini yang berpendapat bahwa layanan kesehatan kurang terpenuhi di Samarinda.

“Mungkin yang memberi pertanyaan juga kurang update info. Kalau pihak swasta bisa membantu, maka pemerintah bisa masuk dalam membenahi manajemen pelayanannya,” tegas Andi Harun.

Selanjutnya persoalan fasilitas pendidikan yang tidak merata turut menjadi sorotan panelis, lantaran data yang ada di Badan Pusat Statistik (BPS) menyebutkan ada 163 SD dan 49 SMP di Samarinda. Hal ini pun dibantah oleh Andi Harun, sebab nyatanya saat ini sudah ada 97 SMP di Samarinda, 50,52 persen SMP negeri dan sisanya sekolah swasta.

“Jadi kalau berdasarkan jumlah sebenarnya tidak kurang, hanya karena penempatan atau sistem zonasi yang membuat keterbatasan pilihan. Tapi kalau memang harus ditambah, tentu akan kami tambah, justru ke depannya akan dibangun Sekolah Terpadu yang ada di Loa Bakung,” tegasnya.

Beberapa pertanyaan yang tak kalah menarik yaitu sorotan mengenai penanganan sampah yang saat ini menjadi permasalahan krusial di Kota Samarinda. Sebab tak kurang dari 600 ton sampah dihasilkan setiap hari, namun belum ada solusi konkret untuk menekan produksi sampah agar tidak semua masuk dalam Tempat Pemrosesan Akhir (TPA). Menjawab hal ini calon wakil wali kota Saefuddin Zuhri berpendapat bahwa kondisi tenaga kerja di Samarinda memang masih terbatas, sehingga tidak cukup untuk memenuhi kebersihan di tengah kepadatan penduduk.

“Nanti kita akan belajar dari beberapa kota yang sudah berhasil dengan sistem blower,” tuturnya.

Lalu yang tak kalah penting juga sorotan tentang parkir liar serta potensi pendapatan parkir yang terus bocor. Hal ini juga diakui oleh Andi Harun lantaran berdasarkan perhitungan saat ini seharusnya pendapatan dari parkir saja jika dikalkulasikan dengan jumlah 604 kendaraan di Kota Samarinda, seharusnya bisa menghasilkan Rp 500 miliar per tahun.

“Makanya pelan-pelan kami terapkan e-parking sebagai solusi untuk menekan jukir liar,” pungkasnya. (hun/nha)

 

Sapos.co.id

BACA JUGA