Onlineku.info, Samarinda. Hujan deras mengguyur kawasan Kecamatan Sungai Kunjang, Samarinda, pada Minggu (3/11) pagi hingga siang. Hal ini mengakibatkan bencana banjir lumpur yang menyapu permukiman warga. Dampak terparah dirasakan warga di Jalan Kelapa Gading 2, RT 15, Kelurahan Karang Anyar dan di Jalan M Sa’id, Gang 6, Blok F, RT 20, Kelurahan Lok Bahu.
Lumpur yang mengalir deras dari bukit di atas permukiman menggenangi rumah-rumah, menyebabkan kerusakan dan kerugian signifikan bagi warga yang terdampak.
Rahmat (37), salah seorang warga Kelapa Gading, mengisahkan bagaimana hujan lebat yang terus-menerus mengguyur kawasan tersebut menyebabkan bukit di atas permukimannya longsor.
Bukit itu diketahui sedang dalam proses pemangkasan untuk pembangunan perumahan. “Saat banjir datang, seluruh ruangan rumah saya langsung terendam lumpur. Beberapa barang elektronik rusak karena tak sempat diselamatkan,” kata Rahmat, yang terlihat lelah membersihkan sisa lumpur di dalam rumahnya.
Di RT 15 sendiri, tercatat ada empat rumah yang terdampak cukup parah, termasuk kediaman Rahmat. Bencana ini bukan hanya membawa kesulitan bagi Rahmat. Ketua RT 15, Supadi mengungkapkan, bencana ini sebetulnya dapat dicegah. Ia menjelaskan, warga telah berulang kali memberikan saran kepada pihak pengembang perumahan agar dibuat saluran air untuk mengalirkan limpasan air hujan. Namun, saran tersebut tak pernah diindahkan.
“Kami sudah berulangkali memberikan masukan, tetapi tidak pernah digubris. Akibatnya, banjir lumpur ini terjadi, merugikan warga kami,” keluh Supadi.
Nasib serupa dialami warga Lok Bahu. Nanang (48), salah satu warga di permukiman tersebut mengaku, banjir lumpur kali ini adalah yang ketiga kalinya terjadi. Lumpur dan air bercampur tanah dari lahan Perumahan Premier Hill yang berada di atas bukit kembali menggenangi jalan dan rumah warga.
“Ini sudah ketiga kali. Jalan di sini jadi rusak. Untungnya, barang elektronik saya aman karena saya sempat menutup aliran lumpur,” ungkap Nanang sambil menunjukkan kerusakan yang ditimbulkan oleh banjir lumpur.
Peristiwa banjir lumpur yang terus berulang ini membuat Lurah Lok Bahu, Saiful Anwar, angkat bicara. Menurutnya, banjir lumpur ini kembali terjadi akibat aliran air dan material tanah dari perumahan Premier Hill yang berada di atas bukit.
Saiful menegaskan bahwa ini bukan kali pertama permukimannya terdampak akibat luapan air dan lumpur dari perumahan tersebut. “Sudah tiga kali warga harus mengalami banjir lumpur seperti ini. Setiap kali hujan deras, kami merasa cemas akan potensi longsor yang bisa datang kapan saja,” ujar Saiful.
Saiful menegaskan, pihak kelurahan akan segera mengambil langkah tegas dengan memanggil pengembang Perumahan Premier Hill. Mereka akan diminta bertanggung jawab atas dampak yang ditimbulkan dan diwajibkan untuk membuat sistem pengaliran air yang memadai agar banjir lumpur ini tidak terulang di masa depan.
“Kami akan segera berkoordinasi dengan pengembang dan instansi terkait lainnya untuk mencari solusi bersama. Warga tidak bisa terus-menerus menanggung kerugian seperti ini,” tegas Saiful.
Di sisi lain, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Samarinda turut turun tangan. Plh BPBD Kota Samarinda, Edy Santoso, menyampaikan, tim BPBD sudah mendatangi lokasi banjir di kedua permukiman yang terdampak. Mereka melakukan pendataan terhadap kerusakan dan segera berkoordinasi dengan pengembang perumahan di kawasan tersebut.
“Kami telah mengambil langkah cepat untuk membersihkan lumpur di jalan dan rumah warga. Selanjutnya, kami akan melakukan pertemuan dengan pihak pengembang untuk membahas solusi permanen agar peristiwa ini tidak terus berulang,” tutur Edy.
Banjir lumpur yang berulang ini menjadi perhatian utama bagi warga Sungai Kunjang. Mereka berharap ada tindakan konkret dari pemerintah dan pengembang perumahan untuk segera menghentikan kerugian yang terus menumpuk dan mengancam keamanan lingkungan. Terkikisnya lahan perbukitan yang berubah menjadi limpasan air dan lumpur kini menjadi ancaman bagi kesejahteraan warga.
Pembangunan perumahan elite ini memang sudah lama bermasalah. Pada awal tahun ini, Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) Samarinda bahkan sempat menyegel perumahan ini. Perumaham tersebut diduga menjadi penyebab air bercampur lumpur menggenangi permukiman warga di Jalan M Said.
Pada awal tahun itu dinas terkait memasang spanduk bertulis: “Kegiatan ini diberhentikan aktivitasnya sesuai surat Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Samarinda Nomor: 600/394/100.07 Tanggal 19-01-2023 DISEGEL.
Perumahan itu dituding telah melakukan pelanggaran, antara lain: (1) Tidak memiliki Izin Kesesuaian Kegiatan Pemanfaatan Ruang (KKPR), (2) Tidak memiliki Izin Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (Amdal). (3) Tidak memiliki Izin Persetujuan Site Plan, (4). Tidak memiliki Izin Pematangan Lahan (IPL).
Barang siapa dengan sengaja dan melawan hukum menghancurkan, merusak, membikin tak dapat dipakai atau menghilangkan barang sesuatu yang seluruhnya atau sebagian adalah kepunyaan orang lain, diancam dengan pidana penjara paling lama dua tahun delapan bulan (Pasal 406 ayat 1 KUHP)”.
Saat itu, Penata Ruang Ahli Muda Dinas PUPR Samarinda, Juliansyah Agus yang ditemui di lapangan mengungkapkan bahwa semua izin yang tertulis dalam spanduk penyegelan memang belum dikantongi pihak pengembang perumahan.
Ketika itu, pihak Perumahan The Premier Hills yang ditemui di lapangan enggan memberikan komentar. “Maaf, silakan langsung ke pimpinan saja untuk konfirmasi. Ada ikut kok dalam peninjauan ini,” ujar pria berkacamata mengenakan baju hem abu-abu dan celana jeans, yang merupakan pihak perumahan dan dari absensi petugas diketahui bernama Salfinus.
Hampir satu tahun kemudian, masalah itu muncul kembali. Belum diketahui progres perizinan sesuai rekomendasi dinas terkait. Pejabat pengembang perumahan itu pun belum ada yang bisa dihubungi untuk memberikan konfirmasi. (kis/nha)
Sapos.co.id