Kotanusantara.id, Samarinda – Fenomena kemunculan semburan lumpur di Perumahan Griya Mukti, RT 8, Kelurahan Gunung Lingai, Kecamatan Sungai Pinang, Samarinda, pada Jumat (18/10) sore membuat warga sekitar cemas.
Kecemasan warga ini bukan tanpa alasan. Semburan lumpur yang terjadi di beberapa titik di lahan warga yang awalnya akan dibangun perumahan menimbulkan spekulasi jika semburan tersebut merupakan semburan gas. Terlebih, peristiwa ini merupakan kali pertama terjadi di lingkungan perumahan tersebut
Semburan ini terjadi di tanah milik warga bernama Dendy. Di atas lahan itu rencananya akan dibangun rumah dua lantai. Menurut informasi yang dihimpun, tim kontraktor yang bertugas sedang melakukan pengecekan kekuatan tanah dengan memasukkan alat khusus ke dalam tanah ketika semburan tiba-tiba muncul.
Sejak kemunculan semburan lumpur, warga di sekitar Perumahan Griya Mukti terlihat lebih waspada. Beberapa warga bahkan tampak berjaga-jaga di sekitar area semburan untuk memastikan situasi tetap terkendali. Warga khawatir jika fenomena semburan ini bisa memicu bahaya yang lebih besar, mengingat volume lumpur yang keluar semakin bertambah.
Kecemasan warga ini sedikit terobati setelah tim BPBD Samarinda dan tim ahli Geologi dari Dinas Sumber Daya Mineral (SDM) Provinsi Kaltim datang ke lokasi semburan. “Langkah sepat diambil setelah menerima informasi. Kami langsung koordinasi dengan tim geologi,” ujar Koordinator TRC-BPBD Samarinda, Nanang Arifin.
Pihak BPBD juga turut memantau situasi di lokasi juga memastikan tidak ada bau gas yang bisa membahayakan. “Kami telah melakukan berbagai pemeriksaan dan memastikan tidak ada ancaman bahaya lain selain semburan lumpur ini,” kata Nanang.
Pihaknya melakukan pengecekan menggunakan alat detektor. Hasilnya, semburan lumpur tersebut dipastikan tidak mengandung gas berbahaya.
“Semburan ini terjadi karena adanya rongga-rongga dalam tanah yang mengandung tekanan dari bawah ketika dibor, tekanan tersebut melepaskan diri dalam bentuk semburan lumpur,” jelas Hery.
Hery menegaskan, jika semburan lumpur tersebut terbilang aman dan tidak membahayakan. Oleh karenanya warga diminta untuk tidak panik. “Dengan sendirinya akan berhenti semburan. Dan dipastikan tidak ada gas di dalamnya,” tukas Hery.
Kepala Dinas ESDM Kaltim Bambang Arwanto mengungkapkan bahwa fenomena ini semata-mata merupakan kejadian alamiah dan tidak berbahaya. Pengeboran yang dilakukan untuk menguji kekerasan tanah (sounder) pada kedalaman 24 meter, secara tidak sengaja menembus lapisan tanah yang mengandung tekanan. Akibatnya, tekanan tersebut mendorong air yang digunakan dalam proses pengeboran ke permukaan, bersamaan dengan membawa serta lapisan tanah yang tergerus.
“Semburan yang terjadi tidak mengandung gas berbahaya atau mudah terbakar. Lumpur yang keluar hanyalah lapisan tanah yang terbawa oleh tekanan air dari dalam lubang sounder,” ucapnya.
ESDM juga mengamati bahwa volume semburan mengalami penurunan secara signifikan sejak kejadian pertama kali dilaporkan. Diperkirakan, semburan tersebut akan berhenti dengan sendirinya dalam waktu dekat.
Bambang menjelaskan bahwa fenomena ini dapat terjadi karena adanya jebakan tekanan dalam lapisan tanah yang akan disounder. Ketika dilakukan uji tekan, jebakan tekanan tersebut terlepaskan dan mendorong air serta material tanah ke permukaan.
“Ini adalah fenomena alam yang cukup umum terjadi, terutama pada daerah dengan kondisi geologi tertentu,” pungkasnya. (kis/mrf/nha)
Sapos.co.id