Harusnya Interaktif Agar Tidak Mubazir, Panggung Debat Cuma Jadi Ajang Pemaparan Prestasi

TANPA LAWAN. Andi Harun dan wakilnya Saefuddin Zuhri pada debat pertama. Agar tidak monoton, konsep debat ditawarkan interaktif.

Kotanusnatara.id, SAMARINDA KOTA. Debat perdana Pilkada Samarinda telah berlangsung dan banyak mendapat perhatian. Sebagian besar komentar-komentar yang masuk lewat kanal Youtube yang disiarkan langsung pada Senin (4/11), sebagian besar menyerukan dukungan untuk Pasangan Calon (Paslon) 02 Andi Harun-Saefuddin Zuhri.

Terlebih melihat tanggapan dari Calon Wali Kota Samarinda Andi Harun yang memberikan bantahan terhadap beberapa pernyataan dari panelis yang dibacakan oleh moderator salah satu televisi nasional. Sebab ada beberapa data yang disebutkan seperti jumlah sekolah yang tidak sesuai dengan data terkini, lalu tentang ketersediaan rumah sakit hingga pemenuhan fasilitas dan aksebilitas bagi penyandang disabilitas.

Secara keseluruhan terlihat Paslon 02 sangat menguasai materi, terlebih tidak ada penantang untuk beradu argumen dalam debat. Hal ini pun turut disaksikan oleh Pengamat Politik dari Akademisi Universitas Mulawarman, FISIP, Syaiful Bachtiar. Menurutnya kelangsungan debat yang terjadi Senin lalu menjadi kurang menarik, lantaran hanya memberikan panggung bagi paslon tunggal untuk memaparkan prestasi, tanpa ada timbal baliknya.

Hal ini terlihat dari jawaban-jawaban yang dipaparkan oleh Andi Harun sebagai petahana yang lebih banyak menyanggah pernyataan dari panelis. Padahal pelaksanaan debat itu menurutnya bisa menjadi kesempatan bagi para panelis untuk menggali langkah dari paslon, untuk menindaklanjuti sejumlah permasalahan yang terjadi di Samarinda.

“Karena hanya paslon tunggal, seharusnya bisa dibuat timbali balik, bukan memberikan panggung kepada petahana memperlihatan capaiannya,” ungkap Syaiful.

Mantan Ketua Bawaslu Kaltim ini juga mengatakan ada beberapa hal lain yang perlu menjadi evaluasi dari panelis. Ia berharap pada putaran selanjutnya, pelaksanaan debat bisa lebih menarik dan ada timbal balik yang menghadirkan fakta-fakta di lapangan. Salah satunya mengenai permasalahan layanan air bersih yang belum dinikmati seluruh masyarakat, fenomena kelangkaan gas elpiji 3 kg dan permasalahan akses jalan antar kelurahan dan kecamatan. Sebab yang terlihat saat ini, pembangunan infrastruktur masih ada yang tidak menyentuh kebutuhan primer masyarakat.

“Jangan sampai hanya fokus pada infrastruktur yang memoles kota tapi kebutuhan mendasar masyarakat tidak terpenuhi,” tegasnya.

Selanjutnya ia juga memberi catatan kepada penyelenggara, dalam hal ini KPU Kota Samarinda agar pelaksanaan debat berikutnya bisa lebih menonjolkan interaktif tidak hanya satu sisi. Selain itu pelaksanaannya sendiri, menurut Syaiful tak mesti harus diselenggarakan di luar kota.
“Kenapa tidak di Samarinda saja atau bisa di Balikpapan. Sudah jauh-jauh ke Jakarta dan debatnya jadi monoton jadinya hanya buang-buang anggaran,” pungkasnya. (hun/nha)

 

Sapos.co.id

BACA JUGA