Kembangkan Wisata Literasi Lewat To Be One

Tarian Adat Kaltim

Kotanusantara.id, Bahwa anak-anak muda adalah generasi yang malas membaca dan enggan mencari tahu informasi lebih detail, seketika terbantahkan saat berbincang dengan Dhea Yudita. Dara 18 tahun ini begitu fasih bicara tentang literasi dan mimpinya mengembangkan budaya membaca di Indonesia, khususnya Kaltim sebagai tempatnya dilahirkan. Tak heran jika siswi SMA Plus Melati Samarinda ini akhirnya terpilih menjadi salah satu wakil Kaltim di ajang Duta Pustaka Indonesia 2024. Kesadaran dan rasa ingin tahunya yang tinggi menjadikan Dhea menjadi sosok Gen Z yang enggan terjebak dalam narasi sepotong-sepotong yang viral di jagad maya. “Justru sebenarnya di era digital ini, semua bisa lebih luas untuk mencari tahu kebenaran sebuah informasi. Kan tinggal googling, jangan sampai termakan informasi yang keliru atau hoaks,” tutur anak pertama dari dua bersaudara itu. Hal itu juga yang kemudian membawa Dhea meraih beragam prestasi di luar bidang akademis. Tercatat ia pernah terpilih sebagai Wakil 1 Puteri Pariwisata Samarinda 2022 dan setahun berikutnya masuk dala TOP 4 Puteri Pariwasata Kaltim 2023. Nah, di tahun lalu, Dhea kembali mencoba mengikuti pemilihan Duta Pustaka. Bukan sekadar keberuntungan, akhirnya Dhea terpilih menjadi satu dari 3 perwakilan Kaltim menuju pemilihan Duta Pustaka tingkat nasional. Hingga akhirnya ia dinobatkan sebagai winner Duta Pustaka Indonesia 2024 pada 3 Februari lalu. “Jadi September tahun lalu terpilih di tingkat provinsi. Terus untuk persiapan ke nasional itu saya ambil kelas public speakijg, literasi dan tentang perpustakaan. 30 Januari ke Surabaya, dikarantina pada 1-2 Februari dan tanggal 3 grand final. Alhamdulillah saya berhasil terpilih sebagai pemenang,” kisahnya menceritakan perjuangannya. Mendapat mandat sebagai Duta Pustaka, tentu bukan tugas ringan bagi Dhea. Apalagi indeks literasi di Indonesia masih sangat rendah, berada di peringkat 62 dari 70 negara. Tanggung jawab itu kian berat, mengingat Duta Pustaka Nasional ini baru pertama kalinya digelar. “Jadi tugas sebagai duta pustaka itu fokus pada pengembangan dan mempromosikan literasi dan budaya membaca. Termasuk pendokumentasian naskah-naskah kuno,” jelas putri pertama dari pasangan Yudhi dan Dewi Fitria Anita ini. Untuk bisa sampai di titik ini, Dhea telah membuat semacam program kerja yang diberi nama TO BE ONE, akronim dari Tourism Belongs to Everyone. Sebuah gerakan revolusioner yang menggabungkan pariwisata, literasi dan ekonomi kreatif. Jadi, selain ditujukan untuk mengenalkan pariwisata tapi juga mendorong pemahaman dari destinasi yang dikunjungi. “Jadi programnya itu seperti wisata literasi gitu. Menggabungkan konsep pariwisata dan literasi,” cuap siswi kelas XII jurusan MIPA tersebut. Ditanya bagaimana membangun budaya literasi di tengah gempuran media sosial, Dhea menyebut pegiat literasi juga harus aktif di platform-platform tersebut. “Kalau saya pribadi, untuk bisa mempromosikan budaya literasi, jadi harus aktif juga di platform media sosial. Dari situ kita bisa mengedukasi langsung,” ujarnya. Untuk saat ini, Dhea masih menunggu program lanjutan yang akan menjadi bagian tugasnya sebagai Duta Pustaka Indonesia. Sebagai generasi angkatan pertama ajang tersebut, Dhea berharap bisa membawa literasi di Indonesia lebih baik lagi. (rz)

 

Sapos.co.id

BACA JUGA